Hari - hari membakar habis diriku.Setiap kali aku ingin mengumpulkan tumpukan abuku sendiri,jari - jariku berubah jadi badai angin.
Aku benci berada diantara orang - orang yang bahagia.Mereka bicara tentang segala sesuatu, tapi kata - kata mereka tidak mengatakan apa - apa.Mereka tertawa dan menipu diri sendiri menganggap hidup mereka baik - baik saja.Mereka berpesta dan membunuh anak kecil dalam diri mereka.
Pusi Galeh membawa kita ke wilayah pantulan-pantulan historisisme: imajinasi sebagai jembatan untuk mengalami gelembung waktu dan sejarah yang purna-manusia.Tetapi bahasa belum terguncang oleh prosedur pengada digital dimana algoritma akan mengguncang bentuk-bentuk penciptaan, termasuk puisi, yang pernah menjadi bagian dari pengada digital dimana algoritma akan mengguncang bentuk-bentuk pencipt…
Saya sadar, menggubah puisi itu meulai menulis, menyunting, menerbitkan, hingga menjualnya harus melalui tahapan yang panjang dan rumit.Namun, hal itu tetap saya lakukan dengan pertimbangan bahwa puisi merupakan himpunan gagasan yang paling orisinal diantara genre tulisan lain yang pernah saya tulis.Setiap penyair butuh proses panjang untuk menghasilkan puisi.
Beasiswa unggulan dari Kemendikbud RI dan fasilitas teknis dari Komite Buku Nasional (KBN) menjadi ihwal, sehingga residensi penulis dua bulan di Belanda adalah berkah bagi saya.Di Negeri kincir angin itu saya tak semata melakukan riset dan napak tilas jejak Raden Saleh sebagai peranti untuk menyelesaikan sebuah novel berlatar sejarah yang saya tulis bersama Iksaka Banu,melainkan juga mengeruk …
Bulu matamu: padang ilalang.Di tengahnya sebuah sendang.Kata sebuah dongeng.Dulu ada seorang musafir datang bertapa untuk membuktikan apakah benar wajah bulan bisa disentuh lewat dasar sendang.Ia tak percaya.Maka ia menyelam.Tubuhnya tenggelam dan hilang di arus maha dalam.Arwahnya menjelma pusaran air berwarna hitam.
Bangun tidur, ia langsung menghidupkan telepon genggam: mudah-mudahan ada pesan.Masih ngantuk.Masih ada kabut mimpi di matanya.Masih temaram.Sebenarnya apa perlunya pagi-pagi menyalakan telepon genggam? Paling-paling cuma dapat pesan ringan: "Bagaimana tidurmu semalam? Tadi saya menunggu lama di kuburan."
Antologi puisi ini menguraikan berbagai dinamika dan fenomena kehidupan selama masa pandemi Covid-19.Pesan moral yang disampaikan dalam antologi puisi ini sangat menggugah nurani hingga terpatri di dalam sanubari.Pemilihan diksi, dan majas yang menarik mampu membawa pembaca hadir dalam dunia nyata.
Apakah saya akan menulis puisi sampai mati? Berkali-kali saya pernah mencoba berhenti menulis puisi.Namun, panggilan menulis itu datang lagi.Beberapa tahun saya abaikan puisi karena kesibukan kantor.Namun, huruf-huruf bermunculan dalam mimpi-mimpi saya.Ia mengikat tubuh saya, seolah memaksa saya untuk kembali menuliskannya.Pengembaraan di jalan puisi sering kali membuat saya tersentak.Menulis p…
Puisi membawa saya melakukan perjalanan.Meninggalkan rumah.Memasuki kota demi kota.Memahami dunia luar diri.Memahami hal-ihwal kesedihan dan kebahagiaan.Puisi menjadi kekasih, kawan perjalanan, ibu, sekaligus guru bagi kehidupan.
Siapakah yang berjalan sendirian, bayang - bayang menyusur ribuan kenang. Aku mengingatmu, ketika angin, asap, senyap, lindap, dan tuhan hilang di ujung atap.
Antologi Puisi Negeri Daging adalah sebentuk "keistiqomahan" penulisnya dalam mengikuti perjalanan kehidupan makhluk Tuhan yang ia cintai: manusia dan Indonesia.
Belajar menulis puisi, entah untuk apa, yang penting darinya saya juga bisa belajar menjadi manusia.Kelembutan puisi adalah faktor mendasar dan substansial dalam peradaban.Karenanya saat puisi tidak lagi punya tempat dalam dialektika sosial, manusia akan hilang, dan negara, kebudayaan, serta agama, akan kehilangan manusia.
Sajak -sajak di dalam buku ini saya buat dalam rentang waktu tujuh tahun (2011-2018).Semula, saya menulis sajak-sajak eksistensial.Namun setelah jengah dengan tema itu, saya beralih menulis sajak-sajak cinta.Tujuannya adalah agar pandangan saya terhadap puisi tidak lagi berlebih-lebihan dengan, misalnya, menganggapnya sebagai sesuatu yang monastik.Sehingga lahirlah dari tangan saya sajak-sajak …
Puisi adalah wahana dialog antara diri sendiri dan momentum tentang perjalanan dari sebuah kehilangan hingga menemukan.Dan buku ini adalah sebuah gagasan yang bisa menjadi jembatan untuk mencapai apa saja yang bisa kita petik dari momen puitik yang melintas, terdengar,dan direnungi.
Selama lima tahun ini, saya hidup di kota Kairo.Orang desa yang terbiasa dengan kelambanan ini, harus mengais sisa-sisa diri sendiri yang setiap hari mampat di gorong-gorong gelap kota ini.Lalu saya pun bertanya: Dimanakah letak puisi di tengah pusaran kalkulasi? Apakah puisi masih berguna? Kalau iya, lantas untuk apa? Puisi yang tadinya saya bayangkan telah gantung diri di tengah kota, ternyat…
Sedari bulan tiga. Aku pulang ke rumah. Meremas cemas dan resah. Melangitkan doa. 12 tanggalnya. Bulan kelima. Ibu mertua kembali pulang ke haribaan-Nya. 12 tanggalnya. Ketujuh bulannya. Ibuku tercinta pun kembali pulang ke haribaan-Nya. Runtuh langit. Terbelah tanah. Segala sakit. Mencekik air darah.
Puisi-puisi dalam buku ini berutang kepada sebuah perjalanan sentimental dari Mojekerto menuju Bandung pada awal Oktober 2015.Puisi-puisi dalam buku ini berutang kepada cerita -cerita lisan yang barangkali tak bakal termaktub dalam buku sejarah resmi.Cerita-cerita itu, yang kadang sama ajaibnya dengan cerita-cerita dalam babad, dituturkan di sembarang waktu.
Keuinikan puisi Mustofa Bisri terletak pada pengungkapan masalah sosial dan spiritual dengan menggunakan bahasa sehari-hari.Rasa terlibat yang kuat dengan masalah sosial, kesungguhan seorang saleh yang berilmu, kerendahan hati dan rasa humor berpadu dalam pribadi Mustofa Bisri yang membayang dalam puisi-puisinya.Lewat puisi, Kiai Mustofa Bisri membuat ayat-ayat suci menjadi operasional bagi sep…
Bakdi Soemanto sebagai seorang budayawan, penyair, sekaligus akademisi, berhasil mengelaborasikan kompleksitas dirinya itu kedalam puisi-puisi yang kontemplatif.Puisi-puisinya dimuat di Horison,Basis, dan harian Keadaulatan Rakyat.Puisinya di terbitkan dalam buku kumpulan puisi kompilasi Tonggak dan Tugu.